Chapter 195: Serangan Balik
Chapter 195: Serangan Balik
Semua orang menjadi panik, beberapa teriak histeris, beberapa berdoa agar dirinya selamat, beberapa berusaha melarikan diri ke kabin lain. Tetapi semua itu percuma, para pembajak itu sudah mengepung tiap pintu kabin jadi tidak ada jalan keluar.
"Semuanya tutup mulut kalian!" Teriak salah satu dari mereka. "Kalau tidak kami akan mulai menembaki kalian satu per satu hingga terdiam.
Pada saat yang sama, beberapa anggota pembajak ini mendatangi kabin kelas pertama. Tanpa berkata apa-apa, mereka mengeluarkan senjata mereka dan membidik ke arah penumpang.
"Jangan ada yang bergerak! Pesawat ini sudah kami bajak!" Teriaknya.
Semua penumpang di kelas pertama ini terkejut. Salah satu teroris ini melihat seseorang ada yang berlari menuju kokpit pilot untuk memberitahu situasinya dan dia berhasil menembaknya sebelum hal itu terjadi.
Beberapa penumpang berusaha bertingkah layaknya pahlawan, pada saat ini, beberapa teroris yang sudah menyamar di tengah para penumpang kelas pertama ini berdiri dan menghajar orang-orang yang nekat tersebut.
Rencana pembajakan ini sudah mereka siapkan berbulan-bulan jadi pelaksanaannya benar-benar sempurna.
Tidak butuh waktu lama bagi para teroris ini mengontrol situasi kecuali kokpit pilot.
Salah satu orang berjenggot menyandera para pramugari, sambil membidik mereka, dia meminta para pramugari tersebut duduk di bagian paling belakang pesawat.
Setelah mengamankan mereka, pria tersebut membawa salah satu yang paling senior untuk mengikuti dirinya. Mereka akan menuju kokpit pilot.
Dalam tugasnya di dalam kokpit pesawat, pilot dibantu oleh seorang ko-pilot. Selama penerbangan berlangsung semenjak pintu terakhir ditutup untuk lepas landas hingga pintu pertama dibuka setelah mendarat, pilot dan ko-pilot akan mengikuti jalur-jalur penerbangan yang telah didaftarkan dan terprogram melalui bantuan sistem navigasi pesawat serta mengikuti informasi yang diberikan oleh menara kontrol lalu-lintas di bandar udara maupun petugas pelayanan lalu lintas penerbangan di sepanjang perjalanan.
Pramugari itu berhenti di depan pintu kokpit dan mengebel pintunya sambil mengatakan. "Apakah kalian ingin minum?"
Di dalam pesawat, hanya seorang pilot dan wakilnya lah yang boleh berada di kokpit pilot. Tempat sakral ini merupakan pusat pengendali pesawat. Jika kapten pesawat itu tidak membukakan pintunya dari dalam maka para pramugari ataupun orang lain tidak bisa masuk. Oleh karena itu, para teroris ini membutuhkan bantuan pramugari ini untuk membuat si pilot membuka pintu mereka.
Sesuai rencana mereka, para pilot itu tidak mencurigai apa pun dan membuka pintu mereka dari dalam. Begitu pintu terbuka, tiga teroris langsung menyerbu masuk dan menodongkan senapan mereka.
"Jangan bergerak!" Mereka membidik ke arah si kapten pesawat dan wakilnya.
Orang yang berjenggot tadi masuk dan berkata pada kedua pilot tersebut. "Bawa pesawat ini ke tempat ini."
Bersamaan dengan itu, pria tersebut mengeluarkan peta dan menunjuk ke sebuah pulau.
Tentu saja, kedua pilot itu menolaknya. Tetapi, pria berjenggot itu berkata dengan nada dingin. "Jika kalian menolak, kami akan membunuh penumpang kalian satu per satu tiap 1 menit."
Salah satu teroris mendorong si pramugari tadi masuk ke dalam kokpit dan menodongkan senjatanya di kepala si pramugari.
Sang kapten merasa tidak berdaya.
Seluruh proses pembajakan ini berjalan dengan cepat, cuma butuh 15 menit bagi para teroris ini mengendalikan seluruh pesawat.
Di kabin ekonomi, tempat Randika berada, para teroris ini mengawasi seluruh keadaan dengan tatapan waspada. Pada saat ini, mereka sudah mengetahui bahwa anggota mereka berhasil menguasai kokpit dan mereka ikut senang.
Para penumpang pesawat ini sudah was-was dan merasa tidak berdaya. Mereka terus berdoa agar bisa kembali dengan selamat, seorang ibu memeluk anaknya dengan erat dan seorang pebisnis terlihat berkeringat dingin di seluruh tubuhnya.
Pada saat ini, Randika sudah berhenti melamun dan memiliki kesadarannya kembali. Tiba-tiba pesawatnya sudah dibajak!
Sambil mengerutkan dahinya, Randika menghela napasnya. Dia aslinya tidak ingin berurusan dengan para teroris ini tetapi kalau pesawatnya dibajak, berarti tujuan mereka akan berubah dan dia sama sekali tidak bisa membuang waktunya.
"Benar-benar merepotkan." Randika berdiri, dan dalam sekejap, seorang teroris langsung membidiknya.
"Siapa suruh kau berdiri?" Teroris tersebut berwajah dingin. "Duduk atau kutembak."
"Tunggu sebentar." Randika mengangkat kedua tangannya dan berkata dengan santai. "Bisakah aku mengambil obatku di tasku?"
"Aku tidak peduli dengan penyakitmu, duduk atau kutembak!" Teroris tersebut sudah kehilangan kesabaran, para penumpang juga melototi Randika dan ikut cemas.
Randika hanya tersenyum. "Kalau begitu"
Sesudahnya tersenyum, sosok Randika menghilang bagai ditelan asap. Teroris yang berjaga di kelas ekonomi ini langsung terkejut dan bingung. Di tengah kepanikannya, mereka membidik para penumpang dan mengancam akan membunuh mereka apabila Randika tidak menunjukan dirinya.
Tetapi pada saat ini, Randika sudah berdiri di depan 2 teroris dan memberikan mereka pukulan keras tepat di wajah. Pukulan itu benar-benar cepat dan tidak dapat ditahan, kedua orang tersebut hanya bisa terpental dan tidak sadarkan diri di lantai.
Salah satu dari mereka sudah membidik Randika dan menembak ke arahnya, tetapi Randika lebih cepat satu langkah darinya. Randika sudah membengkokan bagian larasnya dan peluru hanya bisa menembak ke bagian atas.
"Bedebah!"
Pada saat yang sama, dua teroris lainnya menyadari kedua temannya sudah jatuh pingsan dan langsung membidik senjata mereka ke Randika!
Tetapi pada saat ini, Randika menggunakan badan teroris yang di depannya itu sebagai tameng dan semua peluru yang melesat ke arahnya masuk ke dalam badan teroris tersebut.
Pada saat yang sama, Randika mengambil senapan yang ada di tangan teroris tersebut. Melihat kedua teroris yang menembaknya itu kehabisan peluru, Randika melompat dan menembakkan dua peluru. Kedua peluru tersebut dengan akurat masuk ke dalam dahi kedua teroris tersebut.
Hanya dalam sekejap, Randika berhasil membasmi 5 teroris yang berjaga di kelas ekonomi pesawat ini.
Para penumpang melihat aksi Randika dengan hati yang mengepal dan mata yang terbelalak. Bahkan penumpang yang duduk di samping Randika itu sudah tidak bisa menutup mulutnya yang menganga.
Randika mengambil senapan serbu para teroris ini dan berjalan menuju kelas pertama. Mengintip dari balik tirai, ada dua orang yang berdiri di depan tirai ini. Mengandalkan serangan diam-diam, Randika menghantam bagian belakang kepala mereka dengan senapannya dan mengakhiri hidup mereka dengan mudah!
Di dalam kabin ini, beberapa teroris langsung menjadi waspada ketika mendengar suara tubuh jatuh dan melihat sosok Randika yang berjalan masuk. Namun, sebelum mereka bisa menembak, Randika sudah membidik mereka dan menembak mereka tanpa ampun! Setiap satu peluru akan bersarang di dahi mereka, benar-benar akurat!
Hasil ini membuat Randika mengangguk puas. Sejujurnya, peluru dan senjata api bukan merupakan senjata utamanya tetapi bukan berarti dia tidak bisa menggunakannya. Dia hanya tidak ingin bergantung pada senjata seperti ini.
Tetapi ketika dia menggunakannya, cukup satu peluru untuk membasmi satu orang.
Semua penumpang kelas ekonomi ini sudah melototi Randika dengan tatapan tidak percaya. Pemuda yang datang itu menghabisi para teroris ini hanya dalam satu tarikan napas!
Sambil mengambil senjata yang baru, yang pelurunya penuh, Randika berjalan menuju bagian kabin kelas pertama.
Di saat dia berjalan, para penumpang hanya terdiam. Sepertinya mereka masih tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
Randika sama sekali tidak peduli, waktu adalah segalanya bagi dirinya yang sekarang.