Chapter 209: Ares Telah Tiba
Chapter 209: Ares Telah Tiba
Di bagian bawah tanah dari penjara Shinra ini, para tahanan yang ditahan di tempat tersebut lebih mengerikan daripada yang ada di atas. Para bawahan Randika berada di bagian bawah tanah ini.
Sekarang Randika bersama para bawahannya itu berjalan di bagian sel penjara umum dan segera menuju pintu masuk bagian bawah tanah.
Pada saat ini, para tahanan melihat rombongan Randika berjalan dengan santai melewati mereka. Satu per satu dari mereka mulai meminta tolong pada Randika.
"Tolong lepaskan aku!" Teriak penatua yang ompong itu.
"Hei bos, akan kubayar berapa pun yang kau mau! Cepat keluarkan aku!" Teriak tahanan yang tubuhnya dipenuhi tato.
Semua tahanan berteriak pada Randika, memohon untuk dilepaskan. Dalam sekejap penjara ini menjadi riuh dan berisik.
"Serigala, apa pasukan yang kamu miliki itu cukup?" Randika menatap seluruh tahanan yang menyerukan namanya itu.
Serigala, merupakan salah satu dari 5 jenderal dari pasukannya, merupakan orang yang pendiam. Karakter orang ini benar-benar mirip serigala. Dia tidak pandai berkomunikasi dan pendiam, tetapi sifatnya akan berubah menjadi kejam dan barbar ketika sudah bertempur. Perintah Randika akan dilakukannya tanpa banyak tanya.
"Tidak cukup." Jawaban serigala selalu singkat dan jelas. Pertempuran perebutan istana bawah tanah yang terakhir benar-benar sengit. Serangan Bulan Kegelapan itu benar-benar mendadak dan menghasilkan korban yang begitu banyak di kedua belah pihak. Di antaranya, pasukan yang dipimpin serigala menderita yang paling banyak. Oleh karena itu, pasukannya sudah hampir tidak memiliki orang lagi.
Randika mengerti karakter bawahannya ini jadi dia lah yang berinisiatif untuk bertanya.
"Bagaimana kalau para tahanan ini menjadi anak buahmu?" Randika tersenyum. "Siapa yang tidak kompeten bagimu bisa kau bunuh."
Serigala nampak terdiam dan menatap para tahanan lalu mengangguk. "Baiklah."
Pasukan yang dipimpin oleh serigala sama tenangnya dan sama kejamnya dengan pemimpinnya. Tidak peduli bagaimana liar ataupun tidak setianya para tahanan ini, serigala memiliki metodenya sendiri untuk membuat mereka menjadi prajurit yang patuh dan siap mengorbankan nyawanya.
Randika mengangguk dan berjalan maju.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di tangga yang menuju bagian bawah tanah. Yang menghalangi mereka sekarang hanyalah pintu yang tertutup.
Pintu ini merupakan pintu besar yang besar dan kokoh, hampir mustahil untuk mendobraknya.
Di dalam pintu itu, lampu-lampu menyala dengan terang, membuat bawah tanah ini sama terangnya dengan siang hari. Banyak tahanan yang ditahan di tempat ini, semuanya tampak terikat di bagian kakinya dan tangannya. Apabila diperhatikan, sepertinya tempat bawah tanah ini adalah ruang penyiksaan.
Dan semua tahanan ini merupakan anggota dari pasukan Ares!
Tidak diragukan lagi, ruang penyiksaan ini hanya berisikan para pasukan milik Randika. Semua orang di sini terluka dan bahkan beberapa dari mereka sedang mengucurkan darah dengan deras. Luka-luka mereka sama sekali tidak mendapatkan perawatan.
Di bagian paling dalam, terdapat seorang perempuan berkulit putih dan terlihat sangat rapuh. Dia sama sekali tidak terikat dan sendirian di sel penjaranya yang menyedihkan itu.
Catherine adalah salah satu dari crownless king dari pasukan Ares. Mungkin dalam kasus ini dia adalah crownless queen.
Catherine sendiri bukanlah seorang ahli bela diri seperti Raihan ataupun Frank. Sebaliknya dia hanyalah orang biasa. Namun, sebagai salah satu crownless king, statusnya sama tingginya dengan Frank dan Raihan. Bisa dikatakan bahwa spesialisnya adalah kecerdasannya!
Di pertempuran-pertempuran sebelumnya, Catherine memberikan masukan dan saran pada strategi mereka, hal inilah yang membantu pasukannya Randika ini mengalahkan lawan-lawannya yang kuat. Di saat mereka sudah mencapai puncak dan mendirikan istana bawah tanah, Catherine lah yang menjadi pemimpin selagi Randika tidak ada.
Bisa dikatakan bahwa dia adalah tangan kanan Randika, apa yang dia katakan adalah titah dari sang Ares sendiri!
Dari ketiga crownless king, Catherine memang yang paling Randika hargai. Raihan memang memiliki kekuatan yang luar biasa tetapi orang itu hanya peduli dengan pedangnya dan sangat malas. Frank memang mungkin orang yang dia didik dari 0, tetapi penyakit bawaannya itu benar-benar merepotkan dirinya dan membutuhkan waktu istirahat yang banyak. Meskipun penyakitnya itu sudah ditangani oleh Randika, hal itu tidak bisa hilang sepenuhnya.
Oleh karena itu, Catherine diperlakukan khusus oleh Bulan Kegelapan.
Bulan Kegelapan ingin Catherine menyerah dan menjadi miliknya. Dengan bantuan Catherine, menaklukan dunia bukanlah isapan jempol belaka. Selama dirinya masih mengikuti Randika pun, Bulan Kegelapan sudah berusaha memikat hatinya. Namun, semua itu percuma.
Catherine sama sekali tidak mau berbicara ataupun menerima tawaran Bulan Kegelepan. Saking marahnya, Bulan Kegelapan membuang Catherine ke dalam penjara tanpa cahaya matahari ini untuk memikirkan kembali tawarannya. Di tempat ini dia akan melihat para bawahannya disiksa sampai mati.
Bulan Kegelapan juga berjanji akan melepaskan para bawahan Catherine tersebut apabila dia mau menjadi miliknya.
Namun, Catherine sama sekali tidak tertarik dan mengabaikan Bulan Kegelapan dari awal hingga akhir. Perempuan ini percaya bahwa Randika akan kembali untuk mereka.
Bukan hanya Catherine saja yang memiliki pemikiran seperti ini, hampir semua bawahan yang tertahan ini memiliki pemikiran yang serupa. Dalam hati mereka, Randika sudah benar-benar sang juru selamat mereka. Mereka percaya bahwa Randika akan menyelamatkan mereka meskipun dunia adalah lawannya.
Tetapi nasib mereka berbeda dengan Catherine, mereka harus bertahan hidup dari siksaan hingga bantuan tiba.
"Hahaha jadi ini orang yang dikenal sebagai lima jenderal dari pasukan Ares yang tidak terkalahkan itu? Dicambuk sedikit saja sudah diam kesakitan seperti itu!" Seorang pria kekar yang membawa cambuk itu meludah ke arah Polemos, salah satu dari lima jenderal. Polemos diikat pada sebuah pilar dengan bertelanjang dada, punggungnya sudah bersimbah darah karena cambuk.
Polemos sama sekali tidak berbicara, cambuk yang mengenai punggungnya itu tidak mampu membuatnya mengeluarkan suara sekecil apa pun. Namun, cambuk itu memiliki duri jadi tiap cambukannya akan membawa secuil daging.
Randika bertemu dengan Polemos ketika dirinya berkeliling dunia. Dia bertemu dengannya setelah dia bertemu dengan Dion di Afrika. Hari itu Polemos sedang menyamar menjadi pedagang dan mengincar nyawa Randika. Setelah gagal dan terluka parah, Randika merawatnya dan menerimanya. Meskipun gelarnya sebagai jenderal ditentang oleh banyak orang, kemampuan dan kesetiaan Polemos tidak pernah diragukan Randika sekali pun sejak pertemuan pertama mereka.
Luka yang diderita Polemos benar-benar mengerikan, darah di tubuhnya tidak pernah berhenti mengalir. Tetapi, ekspresi Polemos benar-benar datar dan tidak menunjukan ekspresi kesakitan.
Di sampingnya, ada dua orang yang juga terikat dan memaki si penjaga yang mencambuki atasan mereka itu.
"Kau kira cambuk lemah seperti itu bisa melukai kami?" Ejek salah satu dari mereka.
Penjaga yang kekar itu menjadi marah ketika mendengar ejekan tersebut, dia makin mencambuki mereka bertiga dengan keras.
"Percuma punya otot sebesar itu tetapi mencambuk aja tidak becus. Sudah minta orang lain saja menggantikanmu."
"Sudah diamlah, pijatan orang ini termasuk enak. Tetapi kalau bisa cambuk aku lebih kuat lagi, punggungku tidak selemah itu." Jawab orang yang dipanggil singa oleh orang-orang.
"Tolong buang rasa simpatimu itu dan cambuk kita lebih keras, ah! Benar seperti itu! Ayo lebih keras!"
Si pria kekar itu geleng-geleng dengan tiga orang ini, dia baru pertama kali mendengar tahanan meminta mencambuknya lebih kuat.
"Apa kalian semua sudah gila?" Si pria kekar ini sudah tidak tahan lagi, dia sudah kehabisan napas.
Meskipun dia ingin melanjutkannya, pria kekar ini akhirnya duduk di samping untuk mengumpulkan tenaganya lagi.
Ketiga tahanan ini menghela napas mereka. Sejujurnya, ketiga orang ini benar-benar gila dan abnormal. Satu sangat pendiam dan menikmati rasa sakit ini dari dalam hatinya. Yang lain berteriak dan memaki si algojo untuk memberikannya rasa sakit yang lebih. Sedangkan yang terakhir, meskipun wajahnya biasa-biasa saja, cambukan itu sebenarnya mirip sebuah pijatan baginya.
"Apa orang dari pasukan Ares sudah gila semua?" Gumam si penjaga.
"Hah? Otakmu rusak atau apa?" Orang yang bernama Jin itu mengerutkan dahinya dan berkata dengan lantang. "Kau saja yang lemah bodoh! Jangan pernah menghina pasukan tuan kami!"
Si penjaga berbadan kekar itu lantas tersenyum. "Kalian bisa apa memangnya? Kalian tidak lihat bahwa kalian terperangkap di sini? Selamanya kalian menderita di tempat ini!"
"Dia akan menyelamatkan kami." Singa menatap si penjaga dengan tatapan ganas. Dia percaya bahwa tuan mereka yaitu Randika akan datang.
Mendengar kata-kata tersebut, Polemos mengangkat kepalanya. Matanya tampak berbinar-binar dan Jin juga menjadi bersemangat. Dengan lantang Jin mengatakan. "Aku percaya tuan kami akan datang."
"Hahaha!" si penjaga itu tertawa. "Tempat yang kau sebut markas itu sudah kami rebut dan orang yang kalian puja-puja itu bahkan belum pernah menunjukan dirinya sekalipun. Aku heran kalian masih saja berharap dia akan datang."
"Kalian boleh menghina kami, kalian boleh menyiksa kami Tetapi jika kalian berani menghina nama tuanku, aku akan membunuh kalian." Polemos yang daritadi diam, tiba-tiba mengeluarkan aura membunuh yang pekat yang membuat ruang penyiksaan ini menjadi berat.
Alasan utama markas mereka telah jatuh adalah karena Shadow. Meskipun Bulan Kegelapan membawa puluhan ahli bela diri bersamanya pada hari itu, mereka tetap tidak akan mampu menaklukan istana dunia bawah tanah tersebut.
"Benar-benar menyedihkan." Pria kekar itu menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada mengejek. "Kau akan mati sambil masih mempercayai bantuan akan datang. Jangan kira Ares yang kau puja-puja itu memiliki kemampuan untuk menerobos tempat ini. Belum pernah ada orang yang bisa membuka pintu tempat ini sekalipun."
"Persetan denganmu!" Suara makian terdengar dari sel penjara yang lain.
Si penjaga itu menoleh ke arah belakang dan mendengus dingin. "Tidak peduli apa yang kalian katakan, kalian semua akan mati di sini tanpa pernah melihat cahaya matahari lagi. Nikmatilah siksaan tiada habis sebelum napas kalian berhenti!"
"Kau sebut ini siksaan? Aku kira kau cuma membantu menggarukan punggungku!"
"Kau kira kami takut denganmu? Tamparan nenekku saja lebih kuat dari kalian!"
Kedua orang kembar ini merupakan bagian dari 8 letnan, serangan gabungan mereka benar-benar mengerikan dan membawa mereka hingga menjadi letnan.
"Hahaha, aku tidak sabar menguliti kalian hidup-hidup." Si penjaga itu sudah muak. "Aku akan menikmati menyiksa kalian hingga mati. Tangisilah tuan kalian yang tidak akan datang itu di neraka."
Namun pada saat ini, suara ledakan terdengar dari arah pintu. Pintu yang tak tergoyahkan itu terpental dan terbuka lebar!
Dalam sekejap, tatapan mata semua orang tertuju pada pintu dan melihat sosok pemuda keluar dari balik asap.
"Aku telah tiba."