Chapter 202: Penghabisan!
Chapter 202: Penghabisan!
Pertama, Randika harus menghentikan serangan milik Adam ini. Sambil mendengus dingin, dia mengambil rantai milik Bruce yang melayang ke dirinya itu dan menggunakannya sebagai perisai.
Bruce sendiri terkejut ketika dia berusaha menarik rantainya, dia sama sekali tidak bisa menggerakannya. Bahkan dengan satu tarikan dari Randika berhasil membuat dirinya melayang ke ujung rantai satunya.
Bruce lalu menabrak Adam yang sedang dalam situasi buntu dengan Randika. Pada saat yang sama, Randika menyadari serangan berikutnya akan datang. Menoleh ke samping, serangan pedang Li Tang sudah mendekati dirinya.
Li Tang ingin menyelesaikan misinya ini dengan cepat jadi dia berkoordinasi dengan Lupin dan Auron. Li Tang berusaha menebas Randika dari samping kanan, Lupin dengan serangan mematikannya itu datang dari arah kanan dan Auron akan bersiap untuk menyerang ketika Randika berusaha mengelak ataupun melompat.
Dalam sekejap, Randika harus bertahan kembali dari serangan ketiga orang tersebut.
Li Tang tampak tersenyum, semakin kuat lawannya semakin mendidih darahnya. Oleh karena itu, kecepatannya bertambah drastic!
Tetapi, tiba-tiba pedang Tang miliknya itu tiba-tiba tertendang dan terlepas dari tangannya.
Li Tang benar-benar terkejut. Pada saat ini, Lupin sudah dekat dengan Randika dan Auron memberikan serangan bantuan dari atas. Li Tang yang tidak berpedang itu mau tidak mau melancarkan serangan pukulan untuk membantu.
Randika tanpa berpikir panjang menghantam dagu Li Tang dengan tinjunya, dia langsung terpental jauh.
Ketika dirinya berhadapan dengan Li Tang, Auron dari atas sudah menebas ke arah bawah dan mengarah pada kepala Randika. Pada saat yang sama, Randika berhasil menangkap pedang tersebut dengan kedua tangannya. Namun, Auron menggoyangkan pedangnya dan ajaibnya pedang itu langsung terlepas dari tangan Randika dan melesat menuju perutnya!
Serangan mendadak seperti itu tidak bisa dihindari Randika sepenuhnya, perutnya tergores oleh pedang milik Auron. Pada saat yang sama, Lupin sudah tepat di belakang Randika. Karena tidak bisa menghindarinya lagi, Randika hanya bisa membenturkan belakang kepalanya pada dahi Lupin.
Terkejut dan tidak menduga akan terserang seperti itu, Lupin sempat kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh.
Setelah itu, di balik bayangan terdapat aura membunuh yang bergerak menembus udara. Serangan sabre milik Adam sudah melesat kembali. Ketika dirinya berusaha mengatasinya, suara berisik datang dari arah sampingnya. Serangan rantai milik Bruce kembali berusaha membunuh Randika.
Li Tang, yang baru saja berdiri, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil pedangnya dan menyerang kembali.
Randika sendiri berhasil menghindari serangan sabre Adam dengan memukul pedang tersebut dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya berusaha menangkap rantai milik Bruce, tetapi, karena terlalu fokus dengan serangannya Adam, Randika tidak menyadari bahwa tiba-tiba rantai itu terlilit di kakinya!
Gawat!
Kaki Randika yang tertangkap itu disadari oleh keempat pendekar lainnya. Dalam sekejap, aura membunuh mereka meningkat pesat!
Serangan mematikan dari empat arah segera datang menuju Randika.
Pedang Tang milik Li Tang bergetar dan melesat ke arah Randika. Berisikan tenaga dalam, pedang itu membuat bayangan pedang sehingga nampak 10 pedang yang sedang menuju tepat ke arah Randika. Serangan ilusi ini selalu membuat musuhnya tidak bisa menebak pedang asli yang mana.
Lupin meraung keras dan tenaga dalamnya memancar dengan hebat. Bahkan tangan kanannya mengeluarkan sinar saking banyaknya tenaga dalam yang terkumpul. Sambil meraung, dia menerjang ke arah Randika.
Mata Adam juga tidak kalah bersemangatnya, setelah menyebarkan tenaga dalamnya di kakinya, dia melesat dan menusukan pedangnya ke arah pinggang Randika!
Sedangkan Auron memutuskan untuk membantu Bruce untuk menahan rantai yang mengikat Randika.
Di bawah serangan beruntun ini, Randika berhasil menghindari serangan Adam dengan bergerak sedikit ke samping. Randika lalu menggenggam erat rantai yang ada di kakinya itu dan pedang Tang yang terbang menuju dirinya membentur rantai dan mendarat di tangannya.
Pada saat ini, Randika sudah menyalurkan tenaga dalamnya ke pedang dan menebasnya pada pedang sabre milik Adam. Di bawah kekuatan yang besar itu, pedangnya Adam hancur menjadi berkeping-keping. Namun, bukannya terkejut, Adam segera membuang pedangnya dan melayangkan tendangannya ke Randika. Dia ingin menyibukan Randika agar tidak menyadari serangan Lupin.
Namun, pedang Tang yang ada di tangannya itu segera menusuk menuju dadanya, mau tidak mau Adam harus menghindar agar tidak mati.
Di saat dia mengambil langkah mundur, tiba-tiba pedang Tang tersebut sudah nyaris menancap di kepalanya. Sambil menggertakan giginya, dia menghindarinya namun pipinya terkena goresan yang cukup panjang.
Randika menarik kembali rantai yang ada di kakinya. Bruce dan Auron berusaha dengan keras untuk membuat Randika kehilangan keseimbangannya, tetapi semua itu percuma. Mereka berdua meremehkan kekuatan fisik Ares sang Dewa Perang!
Menghentakan kakinya, Randika melesat ke udara sambil menghindari serangan Lupin. Di tengah udara, dia beradu tinju dengan Li Tang. Setelah itu Li Tang hanya bisa memegangi dadanya yang kesakitan di lantai.
Di saat dia akan mendarat, tatapan Randika menjadi dingin. Suara angin terdengar beda dan serangan dari Lupin dan Auron sudah menunggu dirinya.
Ketika dia mendarat, Randika langsung menghindari serangan pedang Auron. Rantai yang ada di kakinya itu sudah kehilangan tenaganya ketika Auron memutuskan untuk menyerang.
Menggunakan kesempatan ini, Lupin berusaha menyerang Randika dari belakang. Namun lagi-lagi Randika berhasil menghindarinya dan meninju dirinya hingga terpental.
Orang-orang di bar ini menyaksikan pertarungan hidup dan mati ini dengan mata yang sama sekali tidak berkedip. Randika yang mereka kenal sebagai Ares itu justru menjadi pusat perhatian mereka. Bagaimana tidak? Dia melawan 5 orang sekaligus dan masih bisa memberikan serangan balasan.
Tetapi faktanya, Randika sama sekali tidak bisa mengalahkan mereka. Kelima musuhnya itu bekerja sama untuk menciptakan peluang yang dapat membunuhnya. Jadi Randika perlu memberikan perhatian ekstra dari serangan gabungan mereka.
Meskipun sudah menendang ataupun memukul mereka, kelima musuh itu selalu berdiri kembali, menyerangnya kembali dan berusaha membunuhnya. Lagipula, lawannya kali ini adalah ahli bela diri dari daftar Dewa jadi sedikit sulit untuk mengalahkan mereka. Terlebih, Randika sepertinya memakai tenaga dalamnya terlalu banyak sehingga kekuatan misterius dalam tubuhnya memberi sinyal akan menyerang dirinya dari dalam.
Situasi menjadi gawat!
Li Tang, yang setelah menghapus jejak darah di mulutnya, berkata dengan nada mengejek pada Randika. "Nama Ares memang bukan sembarangan, tidak heran kau bisa menguasai dunia bawah tanah seorang diri. Tetapi, hari ini aku akan menebas kepalamu itu!"
"Oya?" Randika berkata dengan nada dingin. Lalu tiba-tiba, tenaga dalamnya menyebar dengan cepat.
Li Tang mengerutkan dahinya, tatapan matanya penuh dengan terror. Dalam sekejap, tubuh Randika sudah memancarkan aura yang mengerikan, benar-benar seperti Dewa Perang yang haus darah. Sepertinya lawannya itu masih menyimpan kekuatannya.
Perasaan mengerikan seperti ini bukan hanya dia yang dapat merasakannya, keempat pendekar lainnya juga merasakannya. Keringat dingin mulai bercucuran dari wajah mereka berlima.
Inilah kekuatan dari 12 Dewa Olimpus, Ares si Dewa Perang!
Kekuatannya sedalam lautan dan seluas langit, benar-benar mengerikan.
"Seranglah bersama." Randika menatap kelima orang itu dengan tatapan dingin.
Kelimanya saling menatap satu sama lain dan semuanya berjalan perlahan sambil menggenggam erat senjata mereka.
Bruce meraung dan melempar rantainya menuju Randika. Keempat pendekar lainnya segera menggabungkan serangan mereka.
Namun tiba-tiba, kelima orang ini terkejut ketika melihat Randika yang sudah berada di depan Bruce.
Benar-benar kecepatan yang luar biasa!
Dalam prosesnya, Randika menangkap ujung rantai milik Bruce dan melilitkannya pada kepalan tinjunya!
Ketika Bruce menyadari serangan rantainya gagal, hatinya mengepal dan dirinya menjadi panik. Baru pertama kali dia merasakan rasa bahaya yang luar biasa besar ini. Ketika dirinya masih memproses hal ini, Randika sudah melayangkan tinjunya tepat di wajahnya!
Tenaga dalam yang murni itu meledak, di bawah serangan tinju tersebut, kepala Bruce sudah tidak berada di tempatnya. Darah terus muncrat dari leher yang tidak berkepala tersebut.
Orang-orang yang di bar sudah teriak histeris ketika melihatnya tetapi semua masih belum berakhir. Li Tang, yang masih berusaha menyerang Randika, merasakan hembusan angin. Bahkan sebelum dirinya sempat bereaksi, angin itu makin berhembus kencang tepat di wajahnya.
Di bawah serangan kaki berputar Randika, Li Tang benar-benar seperti anak panah dan melesat menuju bar.
DUAK!
Li Tang menabrak tempat penyimpanan wine dan menimbulkan suara pecahan botol dan gelas yang tiada henti. Tidak suara gelas pecah saja, suara tulang punggung yang patah juga terdengar sama kerasnya. Oleh karena itu, Li Tang pingsan dengan begitu saja.
Tatapan mata Randika terlihat dingin dan dia menoleh. Pada saat ini, Adam menebas pedangnya ke arah Randika dan Randika menghindarinya dengan bergerak ke samping. Randika mengulurkan tangannya dan menyentuh bilah pedang sabre milik Adam. Tiba-tiba, pedang sabre milik Adam itu bagaikan ditindih gunung dan Adam langsung melepaskan pedangnya tersebut dan mundur beberapa langkah.
Randika mengambil pedang tersebut dan melemparnya. Tiba-tiba, pedang tersebut melesat bagaikan roket melewati kepala Adam, menembus pintu bar dan menancap di tembok setelah menembus 3 mobil.
Pada saat ini, tiba-tiba Randika dikelilingi oleh kabut tipis. Dari balik kabut, cahaya bilah pedang yang dingin mengintai untuk menghabisi Randika untuk selamanya. Bilah pedang ini bagaikan ular yang licik, terus menerus bergerak mencari celah, membuat musuhnya tidak dapat mengantisipasi dari arah mana serangan yang asli berasal. Namun, tiba-tiba wajah Auron berubah warna.
Randika mengangkat kedua jarinya dan menjepit ke arah serong kanannya, seakan-akan dia ingin menangkap pedang tersebut. Auron yang panik tersebut berhasil menghindar dari jepitan maut tersebut.
Membulatkan tekad, Auron menebas ke arah Randika dan telapak tangan Randika terlihat mendarat di dada Auron. Keduanya bertukar pukulan tetapi gagang pedang milik Auron bergetar hebat. Auron yang kalah cepat itu mau tidak mau melangkah mundur sebelum dirinya bisa melancarkan serangan.