Chapter 185: Konflik
Chapter 185: Konflik
Boneka ginseng itu merasa lega karena Randika akhirnya mengerti apa yang ia maksud. Boneka itu mengangguk dengan semangat.
"Sungguhan?" Randika bersemangat kembali, keberuntungan sepertinya tidak meninggalkan dirinya. "Bawa aku ke sana!"
.........
Pinggiran kota, Hotel Atmosfer, kamar VVIP.
Inggrid terikat di kursi, tangan dan kakinya terikat sehingga dia sama sekali tidak bisa bergerak.
Akhirnya kain hitam yang menutupi wajahnya dibuka. Dalam sekejap Inggrid langsung memeriksa sekelilingnya. Dia menyadari ada seorang pria yang duduk di kursi rodanya sedang memunggunginya.
Inggrid tidak bisa melihat wajah penculiknya itu.
"Siapa kamu?" Tanya Inggrid. "Kenapa kamu menculikku? Aku sama sekali tidak pernah punya masalah dengan orang sepertimu."
"Tidak punya masalah?" Pria itu tertawa keras mendengar kata-kata Inggrid.
Inggrid berusaha melepaskan diri tetapi tali yang mengikatnya benar-benar terlalu ketat.
"Kukira orang sepertimu itu pintar, tetapi nyatanya kamu sama bodohnya dengan pelacur." Pria dengan kursi rodanya itu berputar dan menatap Inggrid.
Wajah pria ini penuh dengan luka, sepertinya lukanya itu baru saja kering. Inggrid dengan cepat mengenali wajah pria tersebut. Dia adalah Hans, anak kelima keluarga Alfred!
"Kau!" Inggrid terkejut, dia sama sekali tidak menyangka Hans akan datang ke kotanya lagi.
"Kamu sepertinya terkejut melihatku." Wajah Hans terlihat dingin, memori kelam waktu itu kembali memasuki dirinya.
"Hans, masalah kita sudah diselesaikan oleh keluarga kita. Jangan berbuat gegabah dan seenaknya, keluarga kita bisa-bisa tidak akan mengampuninya." Kata Inggrid.
"Kalau begitu kenapa kamu kembali ke kota sampah ini? Kenapa kamu masih berkeliaran dan tidak menungguku sambil mengangkang di rumahku?" Hans mendengus dingin. "Jangan sebut omong kosong itu solusi terbaik keluarga kita. Pelacur sepertimu dan anjingmu itu harus dihukum sepantasnya, kalian tidak akan kubiarkan lolos begitu saja."
Inggrid merasakan kebencian yang mendalam di setiap kata-kata milik Hans. "Apa maumu?"
"Apa mauku?" Hans mendadak tertawa keras, sambil tersenyum, wajahnya terlihat dingin.
"Apa mauku? Tentu saja, aku ingin kalian berdua mati!"
Wajah Hans benar-benar terlihat bengis dan matanya penuh dengan api amarah. Dia meremas keras pegangan kursi rodanya. Dia menatap Inggrid, yang tidak bisa bergerak, seolah-olah dia melihat bongkahan daging yang siap disantap.
Inggrid sudah ketakutan melihat wajah Hans yang terlihat bengis itu. "Kamu sebaiknya melepaskanku."
"Melepasmu?" Wajah Hans kembali normal. "Kamu pikir aku jauh-jauh dari Jakarta ke kota kecil ini hanya untuk melepasmu?"
"Terus apa maumu!" Inggrid menatap tajam Hans.
Hans tersenyum jahat. "Kamu pikir setelah membuatku menjadi kasim aku tidak bisa memperkosamu?"
Mendengar hal ini, Inggrid menjadi ketakutan. Pada saat ini, Hans menepuk tangannya dan tiba-tiba muncul sekumpulan pria kekar dari balik pintu yang hanya memakai celana dalam.
Satu per satu, dengan total 15 orang, berbaris dan berdiri di belakang Hans.
"Lihat orang-orang ini." Hans menoleh sambil mengatakan. "Aku telah memilih orang-orang ini dengan hati-hati. Mereka akan memperkosamu hingga kamu mati! Hahaha."
Melihat senyuman jahat Hans tersebut, Inggrid dengan marah membentaknya. "Kau benar-benar manusia biadab!"
"Aku biadab? Karena kamu telah menghancurkan hidupku, aku bersumpah akan membalasnya!" Bentak Hans.
Kemudian Hans kembali duduk dengan tenang dan berkata dengan nada dingin. "Hari ini aku hanya akan menyiksamu, setelah itu akan menyiksa anjingmu yang kau sebut suami itu. Aku akan memaksanya melihat kamu diperkosa, dihamili, disiksa baru aku akan membunuhnya!"
Inggrid sudah kehabisan kata-kata. Ketika manusia duduk di depan seekor hewan buas, hewan tersebut tidak akan memahami kata-katanya.
Hans tersenyum dingin. "Untuk mencegahmu memberontak dan kabur, aku akan mengikatmu lebih erat lagi."
Hans menepuk tangannya dan tiba-tiba 2 orang kekar itu berjalan ke arah Inggrid.
"Hei! Apa yang kau lakukan!" Inggrid ketakutan dan meronta-ronta.
Tetapi kedua orang ini benar-benar terlalu kuat dan Inggrid sama sekali tidak bisa lepas. Inggrid dibuat tertidur terlentang di atas kasur. Setiap tangan dan kakinya diborgol di sudut kasur, membuatnya sama sekali tidak bisa bergerak.
Di tengah-tengah proses tersebut, Inggrid berteriak. "Kau benar-benar sudah bukan manusia! Kau akan menyesali perbuatanmu ini!"
"Aku tidak pernah menyesal dalam hidupku." Hati Hans benar-benar sudah dikuasai oleh kebencian. Dia lalu berkata pada bawahannya. "Bungkam mulutnya!"
Mendengar hal ini, kedua orang tadi menyumpal mulut Inggrid dengan kain. Suara Inggrid hanya bisa terdengar seperti suara nyamuk.
Pada saat ini, Inggrid sudah terborgol di atas kasur dengan kaki mengangkang dan tangan yang terbuka lebar.
"Jangan harap ada yang datang untuk menyelamatkanmu." Hans mendorong kursi rodanya ke samping kasur dan membelai wajah Inggrid.
Inggrid segera memalingkan wajahnya, membuat Hans mencengkeram wajahnya.
"Benar-benar wajah yang cantik." Kata Hans di telinga Inggrid. "Sayang sekali wajah ini akan hancur sebentar lagi."
Inggrid ingin menggigit orang ini hidup-hidup, tetapi Hans tiba-tiba melepas dirinya dan berkata pada para bawahannya. "Cepat mulai."
Mendengar perintah ini, para pria kekar ini menghampiri Inggrid dengan tatapan mesum.
Inggrid sudah ketakutan ketika melihat para pria tersebut menghampiri dirinya, dia menggelengkan kepalanya sambil berusaha melepaskan diri sekuat tenaga.
"Jangan pikir kau bisa kabur. Percuma kamu meronta-ronta seperti itu." Hans mengambil gelas berisi anggurnya dan meminumnya. Adegan berikut ini akan menjadi adegan paling menarik dalam hidupnya.
Bagaimanapun juga, jika dia tidak bisa memiliki Inggrid maka dia akan menghancurkan perempuan itu dengan tangannya sendiri!
Hans memang besar dengan cara seperti ini, apa pun yang dia mau harus dia dapat dan apabila tidak bisa maka tidak boleh ada orang yang bisa.
Ketika para bawahannya itu sudah mengelilingi Inggrid, Hans meletakan gelas anggurnya dan mengatakan. "Bugili dulu."
Para pria itu dengan cepat berusaha melepas pakaiannya Inggrid.
Melihat tangan para bawahannya itu di tubuhnya Inggrid, Hans merasa bahwa dirinya lah yang berada di atas Inggrid. Namun, tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara ledakan.
DOR!
Pintu yang terkunci itu benar-benar hancur menjadi 2 bagian.
Hans benar-benar terkejut, para pria kekar itu juga langsung menoleh ke arah pintu. Mereka semua melihat sesosok pria muncul dari balik pintu.
Randika!
Inggrid sudah berurai air mata, pangeran berkudanya telah datang menyelamatkan dirinya!
Randika dengan cepat memeriksa seluruh isi ruangan. Tatapannya jatuh pada Inggrid yang terborgol dan dikepung oleh sejumlah pria yang hanya bercelana dalam. Dalam sekejap amarahnya meluap dan seluruh sosoknya menghilang. Dia sudah menghampiri pria yang hendak memperkosa istrinya itu satu per satu dan memukulnya hingga pingsan.
Para pria kekar ini sama sekali tidak berdaya. Mereka semua terpental nyaris bersamaan sambil meraung kesakitan. Entah mereka menatap tembok ataupun lantai, mereka sama sekali tidak bisa melihat sosok Randika.
Dalam sekejap tembok dan lantai sudah diisi oleh orang tak sadarkan diri!
"Aku tidak menyangka kamu akan menemukanku secepat ini." Hans mendengus dingin.
"Aku tidak menyangka kamu masih berani menyentuh Inggrid setelah aku memberimu pelajaran." Kata Randika dengan nada dingin.
Tangan Hans yang ada di pegangan kursi rodanya itu meremas kuat. Tatapan matanya benar-benar dipenuhi api kebencian, dia ingin menguliti orang di hadapannya hidup-hidup.
"Tetapi semua ini tidak masalah, aku memang akan berniat membunuh kalian berdua sekaligus."
"Aku dan Inggrid tidak akan mati, tetapi hari ini adalah hari kematianmu!" Kata Randika dengan wajah dinginnya.
Hans bukan hanya sekali tetapi dua kali berani menyentuh perempuan miliknya, Ares tidak akan membiarkan orang ini hidup!
"Jangan terlalu berbangga diri." Para pria kekar itu sebagian banyak sudah berdiri kembali. "Kami akan membunuhmu terus memperkosa wanita itu."
Randika menatap cecunguk-cecunguk tersebut dan berkata dengan nada dingin. "Jangan harap bantuanmu yang ada di luar pintu itu akan membantumu, aku sudah membunuhnya."
Kali ini para pria kekar itu terdiam ketika mendengarnya, temannya sudah mati?
Tetapi 10 pria yang sudah sadarkan diri ini tidak peduli dan menatap musuhnya kali ini.
Musuhnya ini benar-benar terlihat seperti orang biasa, tidak ada istimewanya. Mungkin mereka tadi semua terpental hanya karena suatu trik liciknya saja, jika mereka serius pasti pria ini sama sekali bukan lawan mereka.
Hans tetap berwajah bengis meskipun Randika berdiri di hadapannya. Dia sudah bertekad akan membunuh pria yang merusak hidupnya itu.
Lagipula, dia memiliki Inggrid sebagai jaminan keselamatan dirinya!
Randika menatap seluruh 10 orang yang hanya bercelana dalam itu.
Hans mengambil gelas anggurnya lagi sambil mengatakan. "Bunuh penyusup itu."
Perintah itu singkat dan jelas, wajah para bawahannya menjadi serius.
"Jangan dimasukkan hati, semua ini hanyalah bisnis."
Para pria kekar ini benar-benar tidak kenal takut, tapi Randika jauh lebih tidak takut lagi. Dia memberikan jari tengahnya pada mereka.
Para pria kekar itu menjadi marah. "Mati kau!"
Tiba-tiba, kesepuluh orang ini sudah menerjang ke arah Randika.
Randika tetap berwajah datar, setelah beberapa saat dia juga menerjang ke arah lawannya.
Sosoknya benar-benar seperti bayangan. Randika sudah berada di hadapan salah satu lawannya dan memukulnya tepat di wajahnya. Dipukul dengan kekuatan yang luar biasa, orang tersebut hanya bisa mengeluarkan seteguk darah. Namun, sebelum dia sempat berteriak kesakitan, seluruh tubuhnya sudah melayang dilempar oleh Randika!
Sebelum orang ini terangkat dan melayang, masih ada jeda satu detik. Satu detik itu dimanfaatkan oleh Randika untuk menendang salah satu musuhnya, dia melayang melewati Hans dan menabrak tembok.
Randika membungkuk dan menghindar dari serangan kaki lawannya yang ketiga. Kakinya yang berada di udara itu dicengkeram erat oleh Randika dan dirinya tiba-tiba terangkat. Randika memanfaatkan lawannya ini untuk menghajar lawannya yang lain.
Dalam sekejap, Randika menghajar para pria yang tidak kenal takut itu dengan sangat kejam dan cepat. Setelah menerima pukulan ataupun tendangan Randika, seluruh bawahan Hans itu sudah tidak sadarkan diri kembali. Kesepuluh orang itu dikalahkan Randika hanya dalam 1 menit!